Pemikiran Sejak tumbangnya Syah Reza Pahlevi yaitu meletusnya revolusi Iran tahun 1979 yg dipimpin oleh Ayatullah Khomeini sejak itulah paham Syi’ah merembes ke berbagai negara. Maraklah di hampir seluruh dunia gema jihad utk melawan kemungkaran “aliran Syi’ah.” Dari gerakan menentang paham Syi’ah itu tumbuh militansi dalam Islam serta membentuk rasa solidaritas di dunia Islam hingga ke Indonesia. Beberapa lama kemudian di Indonesia munculah kelompok-kelompok yg dinilai oleh beberapa pihak mengarah kepada gerakan Syi’ah seperti yg terjadi di Iran. Perkembangan Syi’ah yaitu gerakan yg mengatasnamakan madzhab Ahlul Bait ini memang cukup pesat terlebih di kalangan masyarakat Indonesia yg umumnya adl awam dalam soal keagamaan menjadi lahan empuk bagi gerakan-gerakan aliran sempalan utk menggaet mereka menjadi sebuah komunitas kelompok dan jama’ahnya. Dibangunlah sejumlah lembaga yg berbentuk pesantren maupun yayasan di beberapa kota seperti Jakarta Jawa dan di luar Jawa. Kemudian muncullah buku-buku yg berpaham Syi’ah yg memang sengaja diterbitkan oleh para penerbit yg memang beraliran Syi’ah. Selain itu juga gencarnya dakwah mereka melalui media massa oleh tokoh-tokoh beraliran Syi’ah pendidikan dan pengkaderan di pesantren-pesantren serta majelis-majelis ta’lim. Gerakan mereka berfariasi ada yg agresif frontal ada juga yg lembut namun semuanya bermuara kepada yg satu yaitu Syi’ah! Sangat besar memang dana yg dibutuhkan utk mempropagandakan dan memperkenalkan revolusi itu. Tetapi itu sangat dibutuhkan utk mengangkat panji-panji revolusi mengangkat Syi’ah di panggung politik dunia dan yg terutama adl mendesakkan kepada dunia Islam utk mengakui keberadaan Syi’ah sebagai salah satu aliran yg sah di dunia Islam. Memperhatikan perkembangan kekuatan Barat yg cenderung utk menguasai dunia menjadi kurang menarik perhatian kaum muslimin tentang apa dan bagaimana perkembangan Syi’ah yg sebenarnya. Di sisi lain orang-orang yg lemah pendirian dan berpaham cenderung sekuler mengajak kaum muslimin utk memperkecil perbedaan dan perselisihan. Baik sadar maupun tidak sadar kita beragidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah telah digiring utk mengikuti dan mendukung kebathilan yg ada pada ajaran-ajaran Syi’ah.

Keampuhan Doktrin Taqiyah Untuk meng-counter perkembangan Syi’ah sangatlah sulit. Hal itu dikarenakan Syi’ah membuat doktrin dan ajaran yg disebut “taqiya.” Dengan konsep taqiyah mereka dgn mudah memutarbalikkan fakta utk menutupi kesesatannya dan mengutarakan sesuatu yg tidak diyakininya. Mengapa bisa demikian mujarabnya konsep taqiyah krn konsep itu tidak lain adl konsep penipuan yg dibungkus dgn dalil yg disalahartikan dgn pemehaman mereka. Mereka menggunakan dalil yg sesuai yg telah dilebih-lebihkan pemahamannya sebagai alasan pembenar utk tindakan mereka; tak ubahnya seperti AS Israel dan sekutunya mengambil dalil “memerangi teroris” sebagai alasan pembenar dgn mengartikan sekehendaknya utk menumpas kalangan pejuang millitan Islam. Orang-orang Syi’ah dalam mempertahankan konsep taqiyah sering mengetengahkan sebuah riwayat yg dinisbahkan kepada Imam Abu Ja’far Ash-Shadiq a.s. beliau berkata “Taqiyah adl agamaku dan agama bapak-bapakku. Seseorang tidak dianggap beragama bila tidak bertaqiyah.” . Dengan dalil riwayat tersebut dan beberapa dalil lainnya Syi’ah mewajibkan konsep taqiyah kepada pengikutnya. Seorang Syi’ah wajib bertaqiyah di depan siapa saja baik orang mukmin yg bukan alirannya maupun orang kafir atau ketika kalah beradu argumentasi terancam keselamatannya serta di saat dalam kondisi minoritas. Dalam keadaan minoritas dan terpojok para tokoh Syi’ah memerintahkan utk meningkatkan taqiyah kepada pengikutnya agar menyatu dgn kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah berangkat Jum’at di masjidnya dan tidak menampakkan permusuhan. Inilah kecanggihan dan kemujaraban konsep taqiyah sehingga sangat sulit utk melacak apalagi membendung gerakan mereka. LDII yg nyata-nyata terang-terangan dalam mengembangkan jama’ahnya saja sulit utk dibendung apalagi menghadapi orang-orang yg berlaku sifat munafik yg sulit utk dipahami. Adapun taqiyah menurut pemahaman para ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah berdasar pada Al-Qur’an dan As-Sunnah taqiyah tidaklah wajib hukumnya melainkan mubah yaitu dalam hal menghadapi kaum musrikin demi menjaga keselamatan jiwanya dari siksaan yg akan menimpanya atau dipaksa utk kafir dan taqiyah ini merupakan pilihan terakhir krn tidak ada jalan lain. Doktrin taqiyah dalam ajaran Syi’ah merupakan strategi yg sangat hebat utk mengembangkan pahamnya serta utk menghadapi kalangan Ahli Sunnah hingga sangat sukar utk diketahui gerakan mereka dan kesesatannya.

Syi’ah Mengkambinghitamkan Ahlul Bait Di antara kedustaan dakwah Syi’ah adl seringnya mencatut nama “Ahlul Bait” Nabi saw bahkan mengklaim imam-imam 12 adl imam-imam mereka; penganutnya mendakwa hanya dirinya atau golongannya yg mencintai dan mengikuti Ahlul Bait. Klaim Syi’ah semacam itu tentu saja dapat mengelabuhi kaum Ahli Sunnah yg dalam ajaran agamanya diperintahkan utk mencintai dan menjungjung tinggi Ahlul Bait. Padahal para imam Ahlul Bait berlepas diri dari tuduhan dan anggapan mereka. Tokoh-tokoh Ahlul Bait bahkan sangat gigih dalam memerangi faham Syi’ah seperti mantan Mufti Kerajaan Johor Bahru Sayyid Alwi bin Thahir Al-Haddad dalam bukunya “Uqud Al-Almas.” Para tokoh Syi’ah juga mengeluarkan tuduhan-tuduhan palsu yg ditujukan kepada para imam Ahlul Bait. Dr. Jalaluddin Rahmat mubaligh penyebar Syi’ah terkemuka di Indonesia yg sering muncul di TV dan media-media massa kepada kaum Alawiyyin mengatakan “Dari Hadramaut inilah menyebar para penyebar Islam yg pertama khususnya kaum Alawiy orang-orang keturunan sayyid atau yg mengklaim sebagai keturunan sayyid. Mereka datang ke Indonesia dan menyebarkan Islam. Tapi ketika mereka datang ke Indonesia di luar mereka Syafi’i di dalam mereka Syi’i.” . Tuduhan ini jelas tidak benar. Lihat pernyataan tokoh Alawiyyin yg sangat terpandang dan karya-karyanya di kaji di pesantren-pesantren dan majelis-majelis ta’lim yaitu Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad; beliau berkata “Hendaklah anda membentengi aqidahmu memperbaiki dan meluruskanya sesuai dgn jalan yg ditempuh oleh golongan yg selamat di akhirat .” Golongan Al-Firqah An-Najiyah yaitu golongan yg selamat di akhirat adl golongan yg di kalangan kaum muslimin dikenal dgn sebutan “Ahli Sunnah wal Jama’ah.” Golongan inilah yg tetap berpegang teguh dgn cara-cara yg diajarkan ditempuh dan dilakukan oleh Rasul Allah dan sahabat-sahabatnya.

Penerbit dan Terbitan Buku-buku Syi’ah di Indonesia Berkembangnya Syi’ah di Indonesia di antaranya melalui diterbitkannya buku-buku Syi’ah. Penerbit-penerbit yg paling populer menerbitkan buku-buku beraliran Syi’ah di Indonesia adl penerbit Mizan dan Pustaka Hidayah. Kedua penerbit itu nyata dan jelas sekali membawa misi aliran ini. Pintarnya mereka juga gencar menerbitkan buku-buku kalangan Ahli Sunnah wal Jama’ah yg bermutu sehingga tidak mencurigakan. Selain dua penerbit itu masih banyak penerbit lain yg suka mencetak buku-buku beraliran Syi’ah seperti Pustaka Pelta - Bandung Yayasan As-Sajjad - Jakarta YAPI - Lampung Abu Dzar Press Jakarta. Penerbit-penerbit yg mencetak buku-buku ajaran Syi’ah yg telah tercium dan diketahui ummat maka penerbit-penerbit tersebut berusaha utk mengelabuhi dan menutup ke-Syi’ahannya dgn mencetak buku-buku bersifat Ahli Sunnah. Sulit bagi kita mendapati tulisan-tulisan yg benar-benar mencerminkan ciri khas paling kental aliran Syi’ah seperti memurtadkan sahabat Abu Bakar Umar Utsman dan lainya; bahkan di dalam buku-buku yg menjadi rujukan dan referensi Syi’ah sekalipun. Pada umumnya buku-buku itu hanya promosi ajaran Syi’ah dan tidak menampakkan perbedaan apalagi serangan terhadap Ahlus Sunnah; atau kecuali mendiskreditkan sahabat dgn cara yg sangat halus; dan inilah pengaruh taqiyah yg sangat licik. Dengan cara dakwah Syi’ah yg licik ini tidak sedikit dari kalangan keluarga Ahlus Sunnah beranggapan bahwa perbedaan antara Syi’ah dan Sunnah adl perbedaan furu’iyah bukan masalah prinsip aqidah. Ada juga yg merasa cukup dgn mendengar bahwa orang-orang Syi’ah mengucapkan dua kalimat sahadat dan melakukan gerakan-gerakan nyata seperti sujud dan ruku tanpa menyelidiki asal dan cabang dari aqidahnya kemudian menghendaki Sunnah dan Syi’ah bisa bergandengan tangan. Memang propagandis Syi’ah sering menyeru pendekatan dan persatuan dgn Ahli Sunnah. Dalam bentuk lahirnya seruan itu sangat indah dan manis krn kaum muslimin amat butuh pada persatuan dan sekaligus melupakan segala macam perbedaan selama tidak menyangkut masalah ushul . Akan tetapi orang yg memahami dan mengerti benar tentang Syi’ah yg sesungguhnya akan bertanya; atas dasar apa diadakan persatuan itu? Apakah dgn membenarkan yg salah dan menyalahkan yg benar? Sementara buku atau kitab-kitab rujukan yg mengungkap hakekat Syi’ah mereka rahasiakan dan disembunyikan. Tidak heran jika kita sering menjumpai pengikut Syi’ah yg tidak memahami hakekat aliran yg dianutnya. Bagaimanapun pintarnya usaha utk menutup-nutupi kesesatan ajarannya ada juga buku yg beredar dgn mendeskreditkan Abu Bakar Umar dan Utsman seperti buku yg berjudul “Do’a Sejak Ali Zainal Abidin Hingga Alexis Carrel” oleh Ali Syari’ati yg diterjemahkan oleh Musa Al-Kazhim dan diterbitkan oleh Pustaka Hidayah. Di dalam buku “Do’a Sejak Ali Zainal Abidin Hingga Alexis Carrel” Ali Syari’ati menyebutkan “Atau bilamana mereka yg memandang Imam Ali Simbul kemuliaan keramat dan keluhuran dan yg ketajaman lidahnya menyamai pedangnya sebagai orang yg lemah penakut dan maju mundur; sehingga sedikit saja rasa takut menyentuh beliau maka beliau pun akan membai’at orang-orang zhalim dan mendekati para perampas hak khalifah.” “Imam Ali adl orang yg tidak kenal takut. Dia tidak pernah hendak mendekati orang-orang yg merampok hak khilafahnya mengikuti mereka menjadi anggota DPR-MPR Saqifah dan memberikan haknya kepada orang lain yg tidak akan selayak dan sepatut dia dalam memegang tampuk kepemimpinan. Ketika rasa takut mencekamnya lantas Imam Ali mau mengawinkan putrinya kepada si perampas hak yg telah menggebuki istrinya sendiri Fathimah as sampai tulang rusuknya retak dan janin usia enam bulan yg berada dalam kandungannya gugur.” Nampak sangat jelas hakekat ajaran Syi’ah dalam dua kalimat yg dikutip tersebut di atas dimana mereka menyatakan bahwa Abu Bakar Umar Utsman adl orang-orang yg zhalim dan merampas hak khalifah kepada Ali. Begitu juga buku yg berjudul “Shalat dalam Mazhab Ahlul Bait” oleh Hidayatullah Husein Al-Habsyi guru dari Yayasan YAPI Bangil. Di dalam buku itu Husein Al-Habsyi terang-terangan menyebutkan bahwa Shalat Jum’at tidak wajib dan Shalat ‘Idain wajib. Di dalam buku tersebut pada halaman 182 tertulis sebagai berikut “Dalam wajib ikhtiari ini lbh diutamakan memilih shalat Dzuhur daripada shalat Jum’at. Karena shalat Jum’at sebelum munculnya Imam Mahdi hukumnya masih belum pasti antara wajib dan sunnah sedangkan shalat Dzuhur sebelum munculnya Imam Mahdi hukumnya wajib sudah bersifat tetapi lbh utamanya melakukan keduanya .”Dan pada halaman 191 tertulis sebagai berikut “Shalat ‘Idain hukumnya wajib dan bentuk kewajibannya sebagaimana kewajiban Jum’at hanya saja pada shalat Idain ini pilihannya berbeda dgn yg ada dalam shalat Jum’at yaitu antara melaksanakan atau tidak dan hukumnya dapat berubah-ubah menjadi wajib aini dgn hadirnya Imam Mahdi.” Itulah pernyataan-pernyataan sesat yg sangat jelas dan tidak samar lagi. Mereka telah benar-benar tidak mempercayai hadits-hadits Nabi saw yg kemudian diriwayatkan oleh para imam pengumpul hadits terkemuka dan terpercaya. Mereka mengimaninya sebagian dan mengingkarinya sebagian yg tidak sesuai dgn kemauan mereka. Na’udzubillahimindzalik. Sumber Diadaptasi dari artikel Perkembangan Syi’ah di Indonesia Thohir Abdullah Al-Kaff Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

sumber file al_islam.chm

0 komentar

Posting Komentar

Berikan komentar anda tentang artikel di atas, komentar yang tidak sopan/spam tidak akan dipublikasikan :

.

http://Link-exchange.comxa.com literatur islam, info software dan hardware, tips blogger, syiah sesat, sejarah islam nusantara Kostenlose Backlinks bei http://www.backlink-clever.de

Subscribe here